Sepenggal Kisah Nurul-Hikmah 2
Kaka Janji 'Gak Akan Tinggalin Kamu
6
Ramadhan 1434/ 14 Juli 2013
Oleh: Ayu Zaa
Hari ini tak dapat
beranjak dari tempat tidurku. Lemah sekali kau! Bersemangatlah! Bukan aku tak
ingin beranjak, hanya tubuh ini sedang melawan virus-virus jahat.
“Ahh, Ya Rabb,
kapankah ini semua kan berakhir. Ini segera berakhir, pasti!”
“Kakaaaaaa, banguuunn
udah sahul tau udah sahullll.” Hikmah membangunkanku dengan semangat sekali,
kedua bibirnya mengatup menyeruku untuk bangun sahur.
“Iya Hikmaaahhh
colehah, kaka udah bangun kok daritadi ga usah teriak-teriak juga doong” Ujarku
kesal sembari pura-pura menjewer telinganya.
Matanya tajam menatap
ke arahku, perlahan Hikmah mendekatiku. Entah apa yang difikirkan olehnya,
seketika ia berteriak.
“Aaaaaa ka Nulul, itu
apa di idungnya, kaka pilek? Ingus kok walnanya melah-melah kaya dalah, iiii
Umiiiii Umiii, ka Nulul ingusnya melah tuuuuhhh, Umiiii” Teriaknya sambil
berlari keluar kamar.
Ummi lekas berlari
menghampiriku sambil membawa handuk kecil dan air hangat. Beliau membersihkan
mimisanku. Setelah itu, Ummi tersenyum kepadaku. “InsyaAlloh gapapa kok, yuk
sahur Rul”. Ummi, yang setiap tatapan matanya menyejukkan hati siapa yang
memandangnya, yang setiap langkahnya adalah tasbih, yang setiap elusan
tangannya adalah kehangatan. Ya Ummi, bagaimana aku dapat membalas tiap kasih
sayangmu? Dibalik pintu kamar si kecil Hikmah mengintip, sepertinya ia
ketakutan.
Itu kisahku Ramadhan
tahun lalu, di hari-hari berikutnya Hikmah tidak langsung lari ketakutan
melihat darah yang seringkali keluar dari kedua lobang hidungku. Hikmah malah
meniru Ummi yang langsung datang dengan ‘kotak penyelamat’, dan seperti
membantuku membersihkannya meskipun setelahnya dia menjauh tidak ingin dekat
denganku.
“Ka Nulul udah ga
mimisan lagi kan? Hikmah takut kalo setiap kaka mimisan kelual dalah, Hikmah
takut dalah kaka habis, ntal kaka pelgi ninggalin Hikmah, aku gamau, aku gamau”
Ucapnya padaku sembari memelukku erat.
“Gak kok Hikmah, kaka
ga akan ninggalin kamu, kalaupun kaka nanti pergi, kaka akan nunggu kamu
disana, taman yang indaaahh banget. Kaka nanti mau main sama Hikmah, nanti kaka
tungguin Hikmah disana yah?” jawabku menenangkan. Entah, air mata ini sangat
deras mengalir. “Kaka janji ini mimisan kaka yang terakhir dek, kaka janji ga
akan ninggalin Hikmah, kaka janji”.
(bersambung…)
0 komentar