Semua Tentang Seseorang
Saat aku menuliskan sebuah artikel
sederhana ini, agak tergelitik memang. Aku selalu dibilang “sudah kebelet nikah”.
Bukan tentang kebelet atau tergesa-gesa, hanya ingin menyegerakan. Menyegerakan
menggenapkan yang separuh. Biarlah diledek sana-sini, dibully habis-habisan,
setidaknya niatku untuk menikah tulus, lahir dari hati untuk menyelamatkan hati dan diri. Semoga bermanfaat dan
menginspirasi!
Saat berbicara tentang cinta, mari kita
bahas dengan siapa cinta itu kan mengarungi samudera kehidupan, dengan siapa ia
akan berlayar bersama mahligai rumah tangga. Cinta, tak afdhol jika tak kita
bahas tentang siapa jodoh kita, ups siapa jodohku maksudku. Seperti apa yang ku
inginkan sebagai pendampingku nanti, rupawan? Hartawan? Bangsawan kah? Atau bahkan
seorang sastrawan? Haha, semua hebat. Kriteria yang cukup untuk jadi idaman
semua orang.
Tapi siapakah aku ini, cantik? Tiap hari ku
memandang cermin berdoa supaya akhlakku menjadi lebih baik seperti rupaku, tak
terlalu cantik yang penting terawat menurutku. Mempunyai harta banyak?
Handphoneku saja masih produksi China yang warna tombolnya sudah memudar,
bahkan sudah tak terlihat huruf-huruf yang tertera disana. Aku hanya bersyukur,
dan aku merasa kaya. Keturunan seorang pejabat? Dari keluarga bangsawan? Bukan juga.
Aku hanya putri sulung dari kedua orangtua yang sederhana, Alhamdulillah gaji
mereka cukup untuk menghidupi anak-anaknya.
Setidaknya yang kucari adalah sekufu,
setara denganku. Sebagaimana lelaki mencari seorang istri yang terdapat empat kriteria,
yaitu: kecantikannya, hartanya, keturunannya, dan agamanya, namun jika memilih
agama itulah yang terbaik.
Aku tak mencari yang tampan, bahkan
setampan Yusuf AS, aku sadar tak secantik Zulaikha. Aku tak mencari seorang
yang berharta banyak, bahkan seperti Sulaiman AS, aku sadar tak seperti Bilqis
sang Ratu. Aku tak mencari seorang yang dari keturunan ningrat, aku tak seperti
Fatimah Az Zahra putri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam. Dalam hal agama,
aku hanya mencari seorang yang mampu membimbingku tak hanya dunia tapi hingga
ke akhirat, tak hanya sampai syurga dunia, namun sampai syurga akhirat.
Bukan, bukan aku tak ingin memiliki suami
yang tampan, rapi, bersih, rajin, sayang denganku, dll. Aku yakin, dengan
taatnya ia pada Allah, dengan ia mengerti tentang diinullah, dengan ia
menjadikan Rasulullah sebagai teladan, maka ia sudah mengerti bagaimana cara
memperlakukan dirinya dan keluarganya termasuk aku sebagai istrinya.
Seseorang yang dapat mengisi separuh
agamaku, nafasku, dan hidupku. Seseorang yang telah Allah pilihkan untuk
menjagaku, mengajariku, dan senantiasa menyayangiku. Seseorang yang mampu untuk
menerimaku, kurang dan lebihku. Seseorang yang dapat menegurku ketika ku salah
dan terlupa, tapi tidak dengan menyakitiku. Seseorang yang dapat mengingatkanku
pada Allah. Seseorang yang nanti Allah hadirkan pada waktu yang telah ditentukan
olehNya. Ketika kami sama-sama siap untuk mendulang pahala, sama-sama siap
untuk membangun sebuah rumah di syurga, sama-sama memperjuangkan Islam. Bersama-sama,
hingga bertemu dalam JannahNya. Aamiin.
0 komentar