Kami Untukmu
Saat kami menegurmu,
bahkan kami tepuk pundakmu halus sekali. Itulah tanda cinta kami. Meski kadang
terlalu halus untuk kau rasakan. Atau mungkin dengan begitu saja kami telah
melukai hatimu? Maafkan kami yang sudah tak tahu lagi harus bagaimana Lagi
membelaimu atau bahkan sekedar mengetahui kabarmu. Kami bukannya lelah atau
mengeluh. Namun, tak bisakah kau sediakah sedikit ruang dihatimu untuk menoleh
pada kami? Kamipun teramat sadar bahwa dosa diri sendiripun bau dan kotor. Kami
bukan ustadz/ah, kami bukan guru, kami hanya sahabat yang ingin mencoba memahamimu
sebentar saja.
Kau kadang memanggil kami
sahabat. Kau juga cerita apa saja yang kau alami. Tapi tidak soal hatimu. Kau
malah lebih asyik menggumamkan isi hatimu lewat media tak bernyawa. Apa pasal?
Apakah mereka peduli denganmu? Ingat sahabat. Kebanyakan mereka hanya sekedar
ingin tahu. Bukan simpati.
Kami sudah habis cara.
Mungkin ini cara terakhir untuk menautkan hati kami pada hatimu. Sesungguhnya
hanya Allah yang tahu bahwa hati ini telah berpadu. Berhimpun dalam naungan
cintaMu.
Saudara/iku. Kami bukanlah
manusia yang super ataupun tak pernah menangis. Tahukah saudara/iku. Di hadapan
engkau mungkin kami terlihat tetap enjoy dengan sikapmu terhadap kami. Tahukah
engkau? Disebalik itu hati kami menangis. Dalam doapun kami menangis menyebut
namamu agar Allah selalu menjagamu. Mungkin engkau tahu, dibalik sikap kamu
yang seperti itu diam-diam telah menggores hati kami. Terselip duka disana. “Ya
Rabb jangan siksa dia karena kesalahan kami, kami yang tak tahu cara yang tepat
untuk menegurnya, kami kembalikan semua padaMu ya Rabb..”
Kami selalu kehabisan kata
untuk berbincang denganmu. Bukan karena kami sombong, atau tidak peduli. Tapi
kami hanya bingung bagaimana merangkai kata untuk mengajakmu kembali dalam
jalan ini. Batin kami gatal sekali ingin merangkulmu kembali.
Hati kami menjerit! "Ya
Rabb.. jagalah ia.. jagalah ia ya Rabb"
Terkadang, dalam
perjumpaan kita di suatu forum. Seringkali kita sama-sama membisu. Sama-sama
terdiam sibuk dengan pikiran masing-masing. Maaf sahabat, bukan kami ini
mendiamkanmu. Aku hanya sedang memikirkan kata-kata yang pantas untuk ku lontarkan
untukmu yang sedang tak baik. Meski meluncur juga perkataan basa-basi bertukar
kabar, dan yang selalu kau bilang “Aku baik-baik saja”. Hingga kaupun bertanya
pada kami. Kamipun menjawab “Ya, kami baik-baik saja”. Kami tahu, kita
sama-sama berdusta. Kering, kering ya Rabb. Hujankanlah kami dengan rahmatMu.
Saat kami melihatmu asyik berdua
dengan lawan jenis, kami patah hati. Ya Rabb, mengapa kami bodoh sekali. Dosamu
dirimu yang memikul. Beban kami yg menanggung. Hati ini panas. Kau yang dulu
mengerti mengapa semudah itu melupakan.
Kini. Telah kami pasrahkan
apa yang terjadi. Bukan. Bukan kami mendiamkanmu karena benci. Bukan kami tak
mau menegur kesalahanmu lagi. Tapi. Bukankah teguran Allah yang lebih dapat
menyentuh hatimu lebih dalam. Kami, akan selalu mendoakanmu. Dengan air mata
cinta.
0 komentar