“Abi tak menunggumu untuk siap, karena kesiapan itu kamu sendiri yang
membuat batasnya”
Ternyata Abi tak menuntutku harus
menerima sekarang, tapi beliau berkata, jika terlalu lama memutuskan, maka Abi
yang akan membuatmu memutuskannya. Menyeramkan? Ya, tapi setidaknya membuatku
bernafas lega, meskipun sebentar.
--
Semester berganti, kisahpun
berlanjut. Semester genap ini membuatku sedikit senang, karena cuaca sudah tak
seterik semester kemarin. Dan, dosen-dosen pun memperkenalkan dirinya dengan
baik dan dalam waktu yang singkat tentunya. Namun, semester ini membuatku harus
berfikir dengan keras, karena makin sulit mata kuliah yang ada.
Ups, tertinggal satu dosen yang
belum masuk kelas, kami sepakat jika jam 2 belum juga datang maka kami pulang.
Tinggal satu menit lagi. Heol, kupersiapkan tasku dan melangkah keluar kelas
mendahului yang lain. Namun, saat ujung kakiku masih tertinggal di dalam kelas.
Langkahku tertahan oleh sosok didepanku. Ia tersenyum dan bertanya.
“PGSD 6A?” tanyanya
Aku mengangguk dan mundur kembali
ke tempat duduk semula. Teman-teman lainpun yang akan beranjak terduduk
kembali. Terpana? Kaget? Malu lebih tepatnya. Itu aku, ketahuan deh kalau mau
keluar kelas.
“Maaf ya saya telat. Tadi saya
muter-muter nyari kelas ini ga ketemu-temu, pusing soalnya” dosen itu
mengonfirmasi keterlambatannya
Lucu? Hahah, nggak!
“Hahaha, yaiyalah pak!” ucap
anak-anak sekelas.
Seketika suasana kelas menjadi
ramai. Dosen ganteng katanya, masih muda lagi, aku taksir usianya masih 26-27 tahun. Batinku masih malu mengakui,
tapi emang benar sih. Eh?
“Siapa disini KM nya?” tanyanya
“Dodit paaak!” jawab teman-teman
“Eh, iya saya pak tapi Anis yang
penanggung jawab mata kuliah ini” aku Dodit
Ups, aku? Seketika aku langsung
mengangkat tangan.
“Iya saya Pak!” tegasku
“Oh kamu, siapa tadi namanya,
Anisa Aulia ya? Saya minta nomor handphonenya, boleh?” tanya dosen itu
“CIEEEEEEEEEEE….”
Sekelas menjadi riuh karenanya,
aku hanya berusaha menahan malu. Bukan karena aku suka, tapi aku tak suka
diperlakukan seperti itu. Dosen itu benar-benar!!!
--
“Nis, Pak Azzam masuk ga?”
“Pak Azzam masuk kan Nis?”
“Pak Azzam sms elu gak?”
Apa-apaan sih pada, dosen itu
emang paling rajin dari segala hal. Paling rajin SMS walau sekedar ngabarin
kalau dia masuk ngajar hari ini, ya telatlah, nyuruh ngingetin temen sekelas
lah. Semester ini beneran jadi PJ, tidak seperti semester yang lalu-lalu, yang
dosennya memberi kabar ketidakhadiran saat sudah satu jam pelajaran berlalu.
Ya, setidaknya membuatku melupakan hal yang akhir semester lalu sempat
menggoyahkan hatiku. Tapi mengapa kata-kata Abi tiba-tiba terngiang di
telingaku?
“Abi tak menunggumu untuk siap, karena kesiapan itu kamu sendiri yang
membuat batasnya. Tapi, jika terlalu lama untuk memutuskan maka Abi yang akan
membuatmu memutuskannya”
Aku hampir lupa, bagaimana
kelanjutan perjodohanku ya? Ya, kini aku mulai sadar dan aku mulai melibatkan
Allah dalam setiap proses kehidupanku yang karena masalah semester lalu aku
hampir lupa. Astaghfirullah, ampuni aku ya Rabb. Istikhorohku dimulai, dengan
segala pertentangan hati. Konsultasiku kugencarkan dengan mereka yang sudah
berpengalaman dengan menikah muda.
--
“Anis, tolong antar tugas ini ke
ruangan saya” perintah pak Azzam
“Iya pak” jawab aku menurutinya
Jujur saja, dosen ini memang
humble, handsome, tapi udah jadi husband belum ya? Aku mulai ngawur, melamun
sambil membawa tugas yang menumpuk di tanganku memang bukan hal yang baik.
Lantai yang baru dibersihkan, dan aku yang tidak focus berjalan membuat
keseimbanganku goyah, aku tergelincir di tangga, seketika tugas teman-teman
ditanganku berhamburan. Diriku sudah tergeletak di bawah tangga, mengaduh
kesakitan. Pak Azzam yang baru menyusul dibelakangku pun segera berlari dan
berusaha menolongku membereskan tugas-tugas yang berhamburan di lantai.
“Kamu tidak apa-apa Nis?”
tanyanya
“Hmm, gak papa sih Pak, tapi
tangan saya sakit banget. Sepertinya terkilir deh. Maaf ya Pak, malah jadi ngerepotin
bukan membantu” jawabku sambil terus memegang tanganku yang amat sakit.
“Saya yang seharusnya minta maaf,
karena harus membebankanmu. Sebentar tunggu disini ya saya panggilkan yang lain
dulu, kamu tunggu disini jangan kemana-mana. Oke?”
Aku hanya mengangguk dan terus
memegangi tanganku. Bodoh! Kenapa sampai bisa terjatuh seperti ini? Apa yang
kau pikirkan Anis!? Pak Azzam segera berlari menemuiku bersama Dodit, Dodit
mengumpulkan tugas dan Pak Azzam mengantarku ke rumah sakit kampus. Sudah
kutolak dan aku bilang padanya bahwa aku bisa sendiri, tapi ia bersikeras
mengantarku ke rumah sakit. Dalam jarak yang cukup jauh, ia berada disampingku.
Entah perasaan apa yang tiba-tiba
berdesir di dalam hatiku. Tiba-tiba aku merasa malu dan ingin tersenyum terus.
Apa ini? Apa ini yang mengembang dalam hatiku? Apakah? Ah, sudahlah. jangan
berharap lebih.
Aku ingin menghentikan pikiran
ini. Tapi mengapa terus mengalir?
“Ini tak apa, beberapa hari juga
akan sembuh, obatnya jangan lupa diminum nanti ya. Tebus obatnya di bawah ya.
Dijaga dong Mas istrinya, hehe” ucap dokter itu
What the? Seketika melayang
hatiku dibilang istrinya. Kenapa dengan hatiku? Beberapa jam yang lalu ini
masih biasa saja.
“Iya dok, nanti saya jaga lebih
baik lagi, hehe, permisi dok” jawab Pak Azzam
Kami menunggu antrian dibawa
untuk menunggu obat. Pak Azzam duduk disebelahku, jantungku mulai berdegup
kencang tak karuan. Ingin pindah kursi tapi tak ada yang kosong, jika berdiri
akan terlihat sekali kalau aku menghindarinya.
“Dokternya lucu yah, ada-ada aja
ngira kita ini suami-istri. Saya jadi ngga enak sama kamu. Maaf ya, karena
kelalaian saya kamu jadi begini, dan dokter ta…” ucapnya memecah keheningan
diantara kami berdua
“Iya Pak, nggak apa-apa kok”
jawabku sembari tersenyum entah pada siapa
Kembali hening, hanya ada suara
detak jantungku dan entah detak jantung siapa yang begitu keras terasa.
(Bersambung...)
4 komentar
wah. bagus cerpennya. tapi udah chapter kedua, harus balik ke chapter pertama nih
BalasHapusWah. Thanks ya! ^^
HapusTunggu chapter selanjutnya ya. :)
Bagus cerpennya, karena gak sebagus cerpen gue. Ini cerpen gue : http://www.tulisanwortel.com/2014/10/sampai-jumpa-cinta.html
BalasHapusThanks ya Arya! Sip deh mampir. (Y) ^^
HapusTungg chapter selanjutnya ya! :)