Hari-hariku berjalan seperti
biasa, tanganku sudah membaik dan hatiku juga membaik. Kuakui memang sempat rasa
itu mengembang, tapi dalam hatiku sendiri meyakini bahwa itu akan mengkhianati
pasanganku kelak jika mengetahui bahwa sempat beberapa orang menetap lama
dihatiku. Hanya seminggu dan interaksi kami menjadi seperti biasa antara
mahasiswa dan dosen. Jika setelahnya akan berubah maka itu berjalan sesuai masa
yang ada.
Nada SMS terdengar, kubuka kali
ini dari Abi. Abi menyuruhku untuk minggu ini pulang ke rumah, ya memang kan
seharusnya sudah jadwalku pulang kerumah setelah bulan lalu absen dari pulang
ke rumah.
--
“Bagaimana Anis? Sudah siap?”
tanya Umi
“Sudah Mi, insyaa allah, tapi
Anis deg-degan Umi”
“Sudah, gak papa kok” Ucap Umi
sembari tersenyum
Hari ini, Abi menyuruhku pulang
kerumah untuk mengabarkan bahwa ada yang akan mengkhitbahku malam ini juga. Aku
tak bisa menolak, ini ibadah yang lebih baik disegerakan. Yang menggelitik
benakku ialah ia kenal denganku, akupun mengenalnya kata Abi. Namun, aku masih
terus berpikir siapa lelaki itu? Dodit? Atau siapa? Sampai pada saat dimana
suara khas itu merasuk gendang telingaku.
“Assalamualaikum” sapanya
“Alaikumussalam warahmatullah,
Alhamdulillah antum hadir akh, apa kabar?” jawab Abi dengan hangat
“Alhamdulillah khoir ya Ustadz,
Ustadz bagaimana sekeluarga?” tanyanya
kembali
“Alhamdulillah baik semuanya akh,
Alhamdulillah”
Percakapan untuk mencairkan
suasanapun berlalu.
“Jadi begini Ustadz, ana kenal
putri Ustadz, di kampus. Ana cukup mengenalnya, dan sepertinya putri antum juga
mengenali ana. Jika diperkenankan Ustadz, ana ingin melamar putri antum sebagai
istri ana. Tujuan ana menikah karena Allah, insyaa allah Allah yang akan
mencukupkan rezeki kami selama berumah tangga. Tak lain hanya barokah Allah
yang ana harapkan. Jika diperkenankan, atau Ustadz menyetujuinya, dan segera
menanyakan pada putri Ustadz dan putri Ustadz juga berkenan maka, segera
setelahnya, ana akan mengajak orang tua ana supaya dilakukan khitbah yang resmi
Ustadz, jadi demikian maksud kedatangan ana hari ini ke rumah Ustadz” jelasnya
dengan rinci
Hatiku sudah benar-benar diambang
batas bahagia. Sangat mengharukan, diantara kata perkata yang meluncur dari
mulutnya, maka megalirlah saat itu juga air mata bahagiaku.
“Alhamdulillah, semoga keberkahan
melimpah atas keberanianmu, afwan akhi, nama lengkap antum siapa? Biar bisa ana
jelaskan pada putri ana” tanya Abi
“Muhammad Azzam, Ustadz” jawabnya
“Baiklah, ana tanyakan ya,
sebentar. Kebetulan ia ada di rumah dan sedari tadi sudah duduk di belakang
kita, dibalik ruangan ini”
Azzam terhenyak saat mengetahui
aku berada disana pula.
“Putriku Annisa Aulia, kamu sudah
mendengar pernyataan nak Azzam tadi, jadi bagaimana pendapatmu nak?” tanya Abi
padaku
Aku sedang menenangkan hatiku,
berusaha mencari jawaban yang terbaik, karena keputusan tidak dapat diambil
jika aku sedang teramat senang maupun teramat sedih.
“Bismillah, Abi, Anis akan
memberikan jawabannya besok hari, mungkin diperkenankan untuk Akh Azzam
menunggu jawaban melalui Abi ana, demikian yang bisa ana jawab, afwan”
Aku semalaman memikirkan kajadian
hari ini, benar-benar kusaksikan bagaimana keajaiban takdirNya hadir dipelupuk
mataku. Tak sadar aku pun tertidur dan bangun di pertengahan malam. Tak
kusiakan waktu yang ada untuk bersujud dan berdoa memohon padaNya untuk
memutuskan yang terbaik. Air matapun mengalir deras, seiring dengan doa-doa
yang menangga ke langit. Kali ini benar-benar baru kurasakan pasrah-sepasrahnya
atas kehendakNya yang terjadi padaku.
--
Kuputuskan untuk menerimanya,
menjadi pendampingku. Kedua orangtuanya hadir bersama keluarga besarnya untuk
mengkhitbahku. Aku tak habis pikir bagaimana bisa Pak Azzam mengenal kedua
orang tuaku? Juga kedua orangtuanya adalah kawan akrab keluargaku. Bagaimana
bisa aku alpa soal ini? Mungkin ini adalah cara kerja takdir.
Hari demi hari berlalu, persiapan
pernikahan kami hanya satu bulan, dan itupun seminggu setelah UAS, yang aku
bingungkan saat ini adalah bagaimana aku mengumumkan kepada teman sekelas?
Mereka pasti bertanya macam-macam padaku.
--
Kini sudah H-1 pernikahan kami.
Hatiku semakin berdegup kencang, aku minta ketenangan hati pada Allah yang
mengenggam hati setiap hambaNya. Pertanyaan-pertanyaan kawan sekelas dapat
kuatasi, namun aku sendiri masih penasaran dengan bagaimana cara kerja takdir
yang dapat mempertemukan kami.
--
“Barakallahu laka wabaraka alaika
wa jama’a bainakuma fii khair”
Setiap tamu undangan yang hadir
mempersembahkan doa terbaik bagi kami. Semoga Allah mengabulkannya. Aamiin.
--
“Hmm, aku harus memanggilmu apa
Akh?” tanyaku pelan
“Panggil saja aku Mas” jawabnya
sembari tersenyum
“Iya Mas” aku tertunduk semakin
malu
Untuk pertama kali aku
menggenggam tangannya, dimana saat kuliah tak pernah kami bersentuhan, bahkan
saat ia harus menolongku karena terluka.
“Mas, aku mau tanya, bagaimana
kamu bisa mengenal Abi?” tanyaku lagi
“Aku mengenal Abimu, karena Ia
adalah kawan Ayahku selama di Turki”
“Ja.. jadi.. kamu yang awalnya
akan dijodohkan olehku, Mas?”
“Hmm..”
“Yaa.. awalnya juga aku tak
begitu mengindahkannya, karena aku masih ingin kerja dan melanjutkan studiku
dulu.. tapi, saat aku tahu kamu kuliah di tempat aku bekerja aku mulai
memperhatikanmu, sebelum aku menjadi dosenmu..” jelasnya
“Hah? Jadi saat kamu jadi dosen
di kelasku, kamu tahu itu aku?”
“Hmm, ya” jawabnya sambil
tersenyum
“Saat aku terjatuh, karena itu
kamu menolongku?” tanyaku lagi
“Ya, enggak gitu juga kok, tapi..
inget gak saat dokter yang menanganimu bilang bahwa kita ini suami-istri?”
“Hmm, iya ingat kok Mas” jawabku
sambil tersenyum juga
“Disana, aku sangat mengaamiini
itu sebagai doa, dan aku berjanji akan terus menjagamu..”
“Mas gombal banget deh” ledekku
sambil mencubit pinggangnya
Dia hanya mengaduh manja. Bulan
menerangi malam kami berdua.
--
Cinta datang dan kembali. Tak
pernah pergi, ia akan menetap selamanya. Hanya saja mungkin tertutup dengan
cinta-cinta yang lain. Dan seperti itulah cara kerja takdir, membuatmu
terkadang sulit berfikir tentang hubungan satu kejadian dengan kejadian yang
lain. Juga, saat kau mulai mengerti cara kerja itu, maka saat itulah kau dapat
tersenyum memahami apa yang sedang terjadi. Mungkin, kejadian yang kita alami
hari ini adalah bagian dari cara kerja takdirNya? Wallahu a’lam.
0 komentar