Menari Bersama Impian
Tepat saat hujan turun rintik-rintik menyentuh genting rumahku, membasahi semua yang dijumpainya. Tepat saat itu pula aku memikirkan kelak bagaimana proses impianku. Impian yang sejak lama aku bangga-banggakan. Begitu baaaanyak sebenarnya impian yang memenuhi benakku. Terkadang, ketika aku mulai merasa berada pada jalan yang tepat untuk menuju impian itu, seketika berbagai macam godaan datang menghampiri. Entah itu berupa kerikil tajam, rintik hujan, batu sandungan, jalan berlumpur, dan lainnya. Semua seakan-akan menjadi pertanda bahwa aku tidak usah repot-repot menapaki impian itu sendiri, menggodaku untuk berhenti saja. Berhenti untuk bermimpi.
Terutama ketika aku menyadari bahwa
ada orang-orang yang akan mencibir. Seolah-olah kita tidak pantas memiliki atau
bahkan sekedar membayangkan saja itu dilarang. Jangankan sekali-dua kali,
sering kutemui orang-orang seperti itu.
“Ya
ampun! Astaghfirullah, tinggi banget (mimpinya)” ucap salah satu teman saat aku dengan pedenya menjawab
bahwa aku (saat lulus nanti) akan mengajar di salah satu sekolah dasar. Apa yang
aku lakukan? Bengong. Yap, bengong. Sebegitu rendahkah aku? (Tiba-tiba baper),
hingga menurutnya aku tidak bisa mencapai mimpiku. Tetapi tidak aku ambil
pusing, meski pada awalnya ada rasa panas di dalam dada hingga rasa hampir
murka. Namun setelah aku pikirkan lagi, untuk apa kesal? Toh selama ini apa
yang aku impikan memang sedang aku perjuangkan. Bukan suatu hal yang
muluk-muluk. Kecuali, aku bermimpi untuk menjadi dokter, tapi aku kuliah di
perhotelan misalnya, bukankah itu yang namanya memaksakan dan muluk-muluk? Tetapi
aku tidak, dan tidak pernah muluk-muluk dalam memiliki impian. Apa yang
menurutku sanggup untuk aku perjuangkan ya tentu akan aku lakukan, separah
apapun medan yang aku jalani nanti. Ini tekadku.
Jujur, ucapan salah satu temanku itu
masih terngiang-ngiang ditelinga hingga detik ini, berikut juga ekspresi dan
nada bicaranya. Responnya sukses membuatku berpikir ulang tentang impianku yang
satu itu. Aku sangat-sangat berterimakasih atas tanggapannya, berkat ucapannyalah
aku kembali mengoreksi jalan menuju impian tersebut. Apa saja yang harus
dipersiapkan dan diperbaiki. Selain itu, pasti banyak orang yang mendukung impian kita, mereka akan mensupport semampu mereka bahkan mungkin memberikan alternatif jalan yang lebih baik atau membantu membersihkan terjal yang menghalangi. Merekalah keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat kita. Yang senantiasa mendoakan dalam setiap ibadahnya, tidak putus, tanpa jeda. Tidak ada yang salah dan tidak akan salah
orang-orang yang memiliki impian, selama ia berada pada jalan yang ia yakini
benar melangkah pada impiannya. Pegang terus impian itu, jangan dilepaskan. Suatu
saat pasti (insyaa Allah) impian itu akan tercapai.
Impian itu bagai kuncup bunga yang belum mekar, dan akan mekar sesuai dengan takdirnya. Perawatan yang baik dan diberikan motivasi tumbuh maka ia akan mekar lebih baik dan harum baunya.
Maka menarilah bersama impianmu,
singkirkan terjal yang akan menghalangi, nikmati proses yang mungkin tidak akan
dilewati dengan mudah. Seperti sebuah tarian, maka bermimpi membutuhkan latihan
yang rutin. Melatihnya dengan keyakinan yang indah. Seindah rintik hujan yang
turun malam ini dengan perlahan. Selamat
malam! Selamat memperjuangkan impian.
Di bawah rintik hujan,
@yulinsar
Depok, 9 April 2016
0 komentar