My Trip My Tadabbur - Jogjakarta Part 4
Aku Akan Kembali, bi idznillah...
Wah maasyaa Allah tak terasa sudah sampai part 4. Biasanya mood nulis yang macet-macetan ini selalu menang. Akhirnya ketulis juga, sebelum momennya bubar. Wkwkwk. Jadi tibalah kita hari hampir terakhir trip keliling Jogja, karena lusanya sudah harus pulang ke rumah. Kembali pada kenyataan. Tujuan trip terakhir hari ini adalah Mangunan dan pantai Parangtritis (pantai terdekat yang bisa dijangkau).
Lagi-lagi karena tujuannya berbeda-beda. Hanya aku, Opi, Fani, dan Mbak Eni yang pergi duluan pagi-pagi ke Mangunan. Jangan tanya ini siapa yang nentuin, Opi lah. Hahaha, dia yang kebelet banget pengen ke Mangunan, aku pribadi mah ikut aja. Karena referensiku terbatas.
"Lihat nih bu Ay di ige, bagus dah"
"Mana, lihat, aku kan tak bisa lihat ige lagi"
Kemudian kalimat Opi selalu gini.
"Ah dikau sih". Hahahaha.
Perjalanan ke Mangunan, kita pilih lewat jalan desa gitu. Terlihat seperti jalan menuju puncak, gemilang cahaya, mengukir cita seindah asa. LHO kok jadi nyanyi. Jalanan yang berkelok-kelok ditambah kanan-kiri sawah, perbukitan yang menyegarkan mata. Oooo indahnya pemandangan. Mirip-mirip rute ke puncak deh. Segernya, hijaunya, relief alamnya. Kalau puncak itu naik dan berkelok-kelok. Nah ke Mangunan, dari tempat nginepku itu luruuuus aja. Tetap berada di jalan yang lurus guys. 😇
Ada sih videonya, tapi aku khawatir tak bisa merepresentasikan dengan tepat apa yang aku lihat di sana.
Tiba di Kebun Buah Mangunan, masuknya kita agak bingung gitu ya. Karena ada beberapa tempat di Mangunan, seperti hutan pinus, rumah hobbit dan beberapa objek wisata lainnya. Jadi ketika kalian pakai maps untuk menuju ke sini, di depan ada kayak tugu (?) gitu buat nunjukin tempat wisata di Mangunan ada beberapa, nah dari tulisan itu, kita belok kanan, lanjut naik. Nah sebelah kiri ada objek wisata 'Watu Goyang' kalo ndak salah. Duh duh duh, daritadi kalo ndak salah mulu. Maafkan yah kalau aku suka lupa, maklum manusia biasa. Tempatnya khilaf dan salah 🙏😅. Dari Watu Goyang, kita naik ke atas lagi. Lalu di sebelah kanan ada seperti penunjuk jalan gitu ke arah Kebun Buah Mangunan. Nah kita ikutin aja deh petunjuknya. Lumayan nanjak jalannya.
Karena sudah 2 bulan berlalu, aku lupa tiket masuk kebun buahnya berapa ya? Apa gak bayar ya? Ah kalaupun bayar, di sini mah ga mahal deh pokoknya, ga sampe jual ginjal kok buat traveling doang. Wkwk. Pemandangannya luar biasa! Sejuknya juga luar biasa! Nih aku kasih liat foto-fotonya.
Mangunan ini terkenal dengan slogan "Negeri di Atas Awan", tapi ketika kita ke sana. Kabutnya gak ada. Hweee 😭 gapapa sih yang penting sudah menjejak di sana.
Ekspektasinya....... by: google |
Realita... Tapi view aslinya bagus banget. Serius deh! |
google.com |
Ohya, ada kisah menarik di sini. Jadi kita ketemu satu keluarga, Ibu sama 3 anaknya. Lagi menghafal Quran gitu. Lucu deh, ada yang sambil nangkring di pohon hafalannya. Ada yang sambil main-main sama saudaranya. Ah pemandangan the best deh.
Setelah puas, kita lanjut jalan lagi. Penasaran sama hutan pinus dan kabarnya ada rumah hobbit di bawah dalemnya tugu (?) yang kita lewatin tadi. Tiket masuk rumah hobbit lumayan murah. Satu orang kena bayar tiket 2500, sama motor 5000. Jadi cuma 10000 berdua. Satu hal yang KAMU HARUS BANGET TAU. Kalau spot foto di sisi banyak! Juga gak bayar per spotnya. Jadi terserah dah tuh mau sampe encok, naik turun bukit. Foto sampe 10 jari, endesbre endesbre itu sampe kaki bengkak juga ga dipungut biaya tambahan. Tydac seperti salah satu wilayah hutan pinus di Bogor yang kini sudah dipatok harga tinggi-tinggi sekali per spotnya. 😆
Setelah puas, kita lanjut jalan lagi. Penasaran sama hutan pinus dan kabarnya ada rumah hobbit di bawah dalemnya tugu (?) yang kita lewatin tadi. Tiket masuk rumah hobbit lumayan murah. Satu orang kena bayar tiket 2500, sama motor 5000. Jadi cuma 10000 berdua. Satu hal yang KAMU HARUS BANGET TAU. Kalau spot foto di sisi banyak! Juga gak bayar per spotnya. Jadi terserah dah tuh mau sampe encok, naik turun bukit. Foto sampe 10 jari, endesbre endesbre itu sampe kaki bengkak juga ga dipungut biaya tambahan. Tydac seperti salah satu wilayah hutan pinus di Bogor yang kini sudah dipatok harga tinggi-tinggi sekali per spotnya. 😆
Kalo punya rumah model begini, kesandung tiap pagi adalah sebuah keniscayaan. :v |
Ah banyak cerita di sini sebenernya, Fani yang sudah mulai lelah. Entah lelah fisik atau lelah perasaan. Hihi. Mulai dari di Kebun Buah tadi dia sudah tidak terlalu excited. Karena dari awal, die ke Jogja cuman pengen ke 'Jogokariyan', dahsyat ga tuh. Solehah banget umi-ku yang satu ini. Yang dituju hanyalah sebuah masjid. Sedangkan gue? Apasi tujuan gue ke Jogja. Fana banget pokoknya. Melarikan diri kayaknya sih. Dari kejamnya dunia. Hahaha. 🤣
Kita lanjut aja yah, skip ke Parangtritis, nah di sini kita sempet di sasarin sama gugel maps. Tapi ini pengalaman nyasar 'terindah' yang pernah aku rasakan. Coba dong, pemandangannya kayak begini. 😍 Gimana gak bahagia kita kan.
Kita lanjut aja yah, skip ke Parangtritis, nah di sini kita sempet di sasarin sama gugel maps. Tapi ini pengalaman nyasar 'terindah' yang pernah aku rasakan. Coba dong, pemandangannya kayak begini. 😍 Gimana gak bahagia kita kan.
Pojok kanan, anak ilang. Wkwk. |
Opi dan objek fotonya. |
Kemudian sampailah kita ke Pantai. Aku suka semilir senja di sini. Pantai itu selalu menenangkan. Meski aku selalu takut melihat ombaknya. Tapi pasti ingin kembali lagi. FYI: jadi sebelum masuk wilayah pantai, kamu akan memasuki gerbang
Andong dan Senja |
Senja dan kita. |
=====
Ekstra part:
Hari terakhir, kita berniat mampir ke kota, beli oleh-oleh. Batik, bakpia, dll. Dan sumpah ya, di Jogja kemarin bener-bener nurut senurut-nurutnya kita sama gugel maps. Sampe mau beli bakpia aja nyasarnya setengah jam. Wkwkwk.
Tapi aku sangat berterimakasih sama dunia modern saat ini, ga kebayang kalau traveling nya jaman dulu. Tiap beberapa meter ngebet peta lebar-lebar, di teras rumah mbah-mbah. Kan lama ya buk, itu mau jalan-jalan apa nyari harta karun etdah. Hahaha.
Ehya, di Pasar Beringharjo kemarin aku nemu harta karun dong! Sate kikil di sini ENAAAAAKKKKK ya Allah, nikmat mana lagi yang aku dustakan. 😭 Aku sampe detik ini langsung ngiler ngebayangin betapa 'syurga'nya itu sate kikil.
Ekstra part:
Hari terakhir, kita berniat mampir ke kota, beli oleh-oleh. Batik, bakpia, dll. Dan sumpah ya, di Jogja kemarin bener-bener nurut senurut-nurutnya kita sama gugel maps. Sampe mau beli bakpia aja nyasarnya setengah jam. Wkwkwk.
Tapi aku sangat berterimakasih sama dunia modern saat ini, ga kebayang kalau traveling nya jaman dulu. Tiap beberapa meter ngebet peta lebar-lebar, di teras rumah mbah-mbah. Kan lama ya buk, itu mau jalan-jalan apa nyari harta karun etdah. Hahaha.
Ehya, di Pasar Beringharjo kemarin aku nemu harta karun dong! Sate kikil di sini ENAAAAAKKKKK ya Allah, nikmat mana lagi yang aku dustakan. 😭 Aku sampe detik ini langsung ngiler ngebayangin betapa 'syurga'nya itu sate kikil.
Ini pelaku yang membuatku pengin balik lagi ke sini! |
Pulangnya kita mampir ke Masjid Gedhe Kauman, yang letaknya dekat Alun-alun Jogjakarta.
Khas banget! |
Terus, kita pulang deh. Packing untuk besok pulang naik kereta.
Sumpah! Kita udah mandi kok. Hahaha! |
=====
Demikianlah kisahku. Sebuah perjalanan yang..... biasa sih, ga se-ekstrim naik gunung atau keliling Indonesia gratis dengan nebeng dari truk ke truk gitu seperti petualangan yang menantang lainnya. Tapi, aku bahagia, karena salah satu hutangku pada diri sendiri, LUNAS! Aku bangga! Receh banget sih emang. Tapi yakin, perjalanan ini sungguh membuatku merengkuh berkah luar biasa, mensyukuri nikmat sebaik-baiknya, dan mendewasakan perasaan lewat pengalaman dan mengamati orang-orang di sekitar.
Jazaakumullah khairan katsir, atas rekan-rekan seperjalanan. Terutama Erma dan keluarga yang sudah menampung kami di rumah simbah. Fani, Septi, Kim, Mbak Eni, Hevi yang sudah support, mulai dari sewa motor, bantuin soal tiket kereta, kebersamaannya tiap sarapan di atas daun pisang. Memori daun pisang~ Lalalalalalaaaa~ Opiii, terima kasih juga atas pembelajaran fotografinya dan cerita-ceritamu yang membuatku belajar menelisik satu kisah dalam sudut pandang yang berbeda.
Next, (Insyaa Allah) aku akan kembali ke Jogjakarta. Mungkin dengan tema wisata kuliner? Agar lebih mancay. Atau ke tempat baru? Lombok atau Raja Ampat gitu kan, suasana baru, dan rekan perjalanan yang baru? Mungkin sama kamu? 😎 Who knows? Takdir tak pernah salah memilih pemainnya, kan.
Apasih, gaje. Hahaha.
Yang jelas, aku tak ingin lagi pakai carrier. Titik!
Berat, tak sanggup. Dilan aja juga ga kuat kayaknya. 🤣
Bhay!
See ya!
Sampai jumpa lagi di lain cerita. Jangan lupa cek pembaruan di blog aku. Siapa tahu ada kamu dalam salah satu kisahku? 😏
Cerita sebelumnya:
1. My Trip My Tadabbur - Jogjakarta Part 1
2. My Trip My Tadabbur - Jogjakarta Part 2
3. My Trip My Tadabbur - Jogjakarta Part 3
Demikianlah kisahku. Sebuah perjalanan yang..... biasa sih, ga se-ekstrim naik gunung atau keliling Indonesia gratis dengan nebeng dari truk ke truk gitu seperti petualangan yang menantang lainnya. Tapi, aku bahagia, karena salah satu hutangku pada diri sendiri, LUNAS! Aku bangga! Receh banget sih emang. Tapi yakin, perjalanan ini sungguh membuatku merengkuh berkah luar biasa, mensyukuri nikmat sebaik-baiknya, dan mendewasakan perasaan lewat pengalaman dan mengamati orang-orang di sekitar.
Jazaakumullah khairan katsir, atas rekan-rekan seperjalanan. Terutama Erma dan keluarga yang sudah menampung kami di rumah simbah. Fani, Septi, Kim, Mbak Eni, Hevi yang sudah support, mulai dari sewa motor, bantuin soal tiket kereta, kebersamaannya tiap sarapan di atas daun pisang. Memori daun pisang~ Lalalalalalaaaa~ Opiii, terima kasih juga atas pembelajaran fotografinya dan cerita-ceritamu yang membuatku belajar menelisik satu kisah dalam sudut pandang yang berbeda.
Next, (Insyaa Allah) aku akan kembali ke Jogjakarta. Mungkin dengan tema wisata kuliner? Agar lebih mancay. Atau ke tempat baru? Lombok atau Raja Ampat gitu kan, suasana baru, dan rekan perjalanan yang baru? Mungkin sama kamu? 😎 Who knows? Takdir tak pernah salah memilih pemainnya, kan.
Apasih, gaje. Hahaha.
Yang jelas, aku tak ingin lagi pakai carrier. Titik!
Berat, tak sanggup. Dilan aja juga ga kuat kayaknya. 🤣
Bhay!
See ya!
Sampai jumpa lagi di lain cerita. Jangan lupa cek pembaruan di blog aku. Siapa tahu ada kamu dalam salah satu kisahku? 😏
Cerita sebelumnya:
1. My Trip My Tadabbur - Jogjakarta Part 1
2. My Trip My Tadabbur - Jogjakarta Part 2
3. My Trip My Tadabbur - Jogjakarta Part 3
0 komentar