Budi dan Suratnya

by - Februari 24, 2021



Budi mendapat surat dari bagian TU fakultas, hari itu ia harus membayar uang wisuda yang harus disetorkan lima hari ke depan. Jika terlambat, kemungkinan dia untuk melaksanakan prosesi wisuda akan tertunda. 

Punggungnya merebah pada sandaran kursi di ruang tunggu. Pandangannya jauh menatap langit-langit ruangan. Impiannya sederhana, ingin melepas status mahasiswanya dengan sebuah prosesi wisuda. Budi bukan mahasiswa yang hanya mengandalkan kiriman orang tuanya yang tiap bulan pasti ada uang. Ia juga pekerja keras. Menerjemahkan jurnal, membuka jasa pengetikan, bantu-bantu di fotokopian dekat kampus pun ia lakukan. Mengumpulkan pundi-pundi dengan penuh harapan. 

"Semoga, besok ada rezekiku untuk bayar wisuda.. Aamiin yaa Rabb" Batinnya. 

"Hoi Budi! Ngapain kamu di sini" Seru Ani mengejutkan Budi. 

"Ya ampun Ani, aku lagi enak-enak ngebayangin bisa metik duit di pohon, malah dikagetin" Ucap Budi. 

"Kamu halu!" Kata Ani sambil memberikan sebungkus gorengan pada Budi. 

"Ani tahu aja aku lagi butuh asupan lemak jahat, haha"

"Udah, kamu abisin dah, aku mau minta ttd artis kampus dulu ya! Jangan bengong mulu, nanti kesambet!"

Teman kampus Budi yang satu ini memang unik, Satu-satunya teman perempuan yang memahami kondisinya. Mungkin, lepas nanti selesai kuliah, Budi ingin memastikan perasaannya pada Ani.

"Ah haluuuuu! Haluuu tenan sampeyan Bud, Bud! " Serunya sendiri sambil mengunyah tahu goreng hangat. 

Ia bergegas kembali ke kontrakan, menyiapkan diri untuk pekerjaan selanjutnya, mumpung hari belum siang. Pulang dari kampus, ia mampir sebentar ke Alfamart, membeli sebotol air mineral dingin. Makan gorengan tadi, cukup membuat tenggorokannya seret. 

Ketika sampai di kasir, ia merasa tak asing dengan seseorang di depannya.

Widuri? 

Budi membaca nametag perempuan itu sekali lagi. 

- Widya -

"Ah bukan toh" Gumamnya. 
"Ini aja mas?"
"Iya"
"Gak sekalian Teh *****nya, beli dua hanya lima ribu?"
"Gak mba"
"Atau mau isi pulsanya sekalian?"
"Gak dulu mba"
"Ada lima ratusnya mas?"
"Oh ya sebentar"

Budi menyerahkan sekeping lima ratusan. Sepasang tatap mereka bertemu, Budi dan mbak kasir Alfamart.
Ada degub, dalam tatap.

You May Also Like

0 komentar