Waspadai Anemia : Indonesia Bebas Anemia!

by - Februari 21, 2021


Hallo generasi sehat bebas anemia!

Sudah makan makanan bergizi hari ini? Kalau makan hanya sekedar makan, tidak cukup lho untuk mencegah anemia. Aku harap kita semua bisa terbebas dari anemia yah! Anemia itu berat, kamu gak akan kuat. Berdiri lama-lama pas upacara eh pingsan, sering merasa lemas dan tidak semangat, rasanya sulit sekali untuk konsentrasi, tubuh sering sakit. Duh, jangan-jangan kamu terkena anemia. Tahu gak sih apa itu anemia?  

Beberapa pekan lalu, aku menyimak sebuah webinar dari Indonesian Nutrition Association bersama Danone Indonesia yang mengangkat tema "Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi". Dengan dua narasumber yang luar biasa, yaitu Dr. dr. Diana Sunardi., M.Gizi., Sp.GK (Dokter Spesialis Gizi Klinik dari INA) dan Arif Mujahidin (Corporate Communications Directors Danone-Indonesia). Tema ini dibahas dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Januari kemarin. Pemaparan materi dari dr. Diana sangat rinci dan jelas, berkaitan dengan anemia.  

Anemia terjadi ketika seseorang kekurangan asupan zat besi. Zat besi ini yang kemudian akan memproduksi hemoglobin atau sel darah merah. Jika tubuh kehilangan sel darah merah yang sehat atau ketika sel darah merah dalam tubuh sudah tidak berfungsi dengan baik maka yang terjadi adalah organ tubuhnya tidak mendapatkan cukup oksigen sehingga penderita merasa lemah dan terlihat pucat. Sel darah merah yang sehat akan mengikat oksigen dalam darah kemudian mengedarkannya ke seluruh tubuh. 

Anemia dapat menyerang siapa saja baik balita maupun dewasa. Terutama pada kelompok bayi, remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui angka prevalensi anemia termasuk tinggi di Indonesia. Hingga hari ini, masih banyak lintas generasi yang terkena anemia. Yang menjadi perhatian adalah angka anemia pada ibu hamil berkisar 37% dan pada remaja 15%, hal ini mempengaruhi jumlah kasus malnutrisi atau stunting di Indonesia masih tinggi. Ternyata ibu yang masa remajanya kekurangan zat besi, hingga ketika ia hamil akan berpotensi melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan stunting. Selain itu ibu yang terkena anemia defisiensi besi akan meningkatkan resiko komplikasi saat melahirkan.  

Anemia defisiensi besi termasuk salah satu silent disease pada bayi, yaitu penyakit dengan gejala yang tidak signifikan dan tidak terlihat kasat mata. Misalnya ketika anak masih aktif, sehat, ceria tetapi selama beberapa bulan berat badan tidak naik-naik. Selain itu ada pula yang disertai GTM berkepanjangan. Jika terus seperti ini, maka pertumbuhan anak tidak maksimal lalu akan menyebabkan stunting. Stunting atau gagal tumbuh ini bisa berakibat jangka pendek maupun jangka panjang. Bahkan bisa menurunkan kualitas berpikir seseorang, karena menurunnya daya konsentrasi. Stunting ini merupakan momok yang menakutkan bagi ibu-ibu seperti saya. Bagaimana tidak? Kita tahu bahwa ada masa golden age pada balita. Yaitu pada 1000 hari pertama kelahiran. Jika kondisi gizinya pada 1000 HPK ini memburuk, maka apa kabar setelahnya. Tentu kita sebagai orang tua ingin memberikan yang terbaik dan memenuhi gizinya selama usia emasnya tersebut.  

Kondisi inilah yang harus kita waspadai, mata rantai lintas generasi anemia ini harus kita putuskan. Langkah awal kita untuk memutuskan mata rantai ini adalah memulai dari lingkup terkecil, yaitu di keluarga. Sebagai seorang ibu yang setiap harinya harus menyiapkan menu makan pagi, siang, malam, belum lagi snacknya, saya harus berpikir kembali. Apakah kandungan nutrisi untuk keluarga terpenuhi di dalam menu keluarga saya? Selain itu juga pemenuhan nutrisi dari bahan-bahan yang sederhana tapi tetap bergizi.  

Untuk menu keluarga, saya selalu menyiapkan karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, tidak lupa juga dengan zat besi. Semua itu tergantung menu sehari-hari kami, terutama protein dengan sayur atau buah. Protein inilah yang mengandung zat besi bagi tubuh kita. Ada dua jenis zat besi yang dapat kita konsumsi, yaitu zat besi heme yang berasal dari protein hewani dan zat besi non heme yang berasal dari kacang-kacangan.  

Berikut kandungan zat besi yang terdapat pada makanan: 


Nah, seperti pemaparan dr. Diana, bahwa protein heme yang berasal dari hewani sangat mudah diserap oleh tubuh. Sedangkan protein non heme yang berasal dari kacang-kacangan sulit diserap oleh tubuh, untuk membantu penyerapannya, kita bisa mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin C. Vitamin C biasa terdapat pada buah-buahan dan sayuran.  



Selain itu, karena aku memiliki batita maka aku lebih serius lagi memperhatikan asupan makanan si kecil dengan memberikan MPASI menu lengkap. Ditambah dengan suplementasi zat besi atas saran DSA untuk bayi di atas 6 bulan. Setelah tuntas pemberian ASI selama 2 tahun, jika perlu ditambahkan dengan susu pertumbuhan guna memenuhi kebutuhan gizi bayi, selain dari makanan utamanya. 

Peran pemerintah sangat besar dalam upaya pencegahan anemia ini. Mengingat dampak jangka pendek dan jangka panjangnya yang mengerikan bagi masyarakat, maka pemerintah mencanangkan program untuk Indonesia bebas anemia lintas generasi.  


Tak hanya pemerintah, Danone Indonesia sebagai perusahaan yang berkutat di bidang minuman dan panganan di Indonesia sudah sejak lama menjalani peran sosial kepada masyarakat. Ikut mengampanyekan makan dan minuman bergizi. Tak hanya air minum dalam kemasan seperti Aqua yang kita kenal, Danone juga memproduksi susu formula, susu pertumbuhan, susu ibu hamil, dan lainnya sebagai promosi pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Selain itu Danone juga membuat program edukasi masyarakat tentang gizi dan kesehatan, yaitu GESID (Generasi Sehat Indonesia), Taman Pintar, dan Duta 1000 Pelangi. Danone Indonesia juga ikut serta mencegah stunting di Indonesia.  



Nah, bagaimana para ibu dan ayah? Luar biasa ya materi dari @nutrisibangsa ini. Kesimpulannya adalah permasalahan gizi di Indonesia masih sangat perlu diperbaiki. Peran yang dapat kita lakukan adalah melakukan pencegahan sedini mungkin dengan memperbaiki kualitas makanan kita dengan makanan sehat yang kaya akan zat besi. Jika diperlukan maka konsumsi suplemen zat besi. Ingat tetap jaga pola hidup sehat ya! Jangan lupa olahraga dan di masa pandemi ini pastikan juga kita melakukan 5 M: 

1. Memakai masker 
2. Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir 
3. Menjaga jarak 
4. Menjauhi kerumunan 
5. Membatasi mobilisasi dan interaksi 

Untuk teman-teman yang ingin menyimak kembali webinar di atas maka bisa langsung buka link di bawah ini ya: 




Salam Sehat! 


You May Also Like

21 komentar

  1. Masya Allah...lengkap infonya.

    BalasHapus
  2. Maasyaa Allah... Bagus sekali artikelnya Bu Ay..

    BalasHapus
  3. Betuuul banget bun, lengkap infonya yaaa
    Lanjutkan bun😊

    BalasHapus
  4. Masya Allah.. terima kasih bun informasinya.. Semoga menjadi amal jariyah,, aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin yaa robb, terima kasih ya bun.. 🥰

      Hapus
  5. Masyaa Allah lengkap dan sangat bermanfaat tulisannya, lanjut Bu ayu,semangatt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih bu Riya sudah mampir yaa 💖

      Hapus
  6. Masyaallah. Informasinya bermanfaat sekali. Barakallahu fiik.

    BalasHapus
  7. wah bagus sekali info nya.Terima Kasih banyak

    BalasHapus
  8. Wah ternyata anemia tidak hanya menyerang orang dewasa tapi juga anak-anak ya...Berarti harus lebih peduli lagi nih tentang kebutuhan gizi buat seluruh anggota keluarga biar tidak terkena anemia

    BalasHapus
  9. ADB ini memang ngeri-ngeris sedap. Gejalanya sering gak tampak. Dianggap biasa saja, padahal akibatnya sungguh mengerikan

    BalasHapus
  10. MasyaAllah.. semangat ummu ahnaf menebar informasi bermanfaat 🤗

    BalasHapus
  11. Jadi mkin aware nih sama gizi anak.. makasih ummu ahnaf, tulisannya informatif bangettt

    BalasHapus
  12. Waaahhh..ternyata anemia gak bisa di sepelekan yaa..dan juga gak hanya menyerang orang dewasa, anak kecil juga bisa kena.
    Makasih yaa..infonya sangat bermanfaat sekali..

    BalasHapus